Protes itu disampaikan Ketua Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (PEKAT IB), Syahit Muhsi, Selasa (29/11/2016) silam. Menurutnya, kenaikan yang dilakukan Badan Usaha Milik Daerah ini perlu dilakukan uji kelayakan dahulu. "Dengan menaikkan harga air apakah pihak PDAM tidak akan terhutang lagi. Kita mengetahui PDAM mendapat bantuan penghapusan hutangnya dari pemerintah pusat sebesar Rp 18 milyar artinya tidak ada lagi tanggungan yang dimilik perusahaan ini," katanya.
Lanjut Syahit, seharusnya PDAM melakukan peningkatan pelayaanan terlebih dahulu kepada masyarakat yang menjadi pelanggan, sehingga ada nilai positif ke masyarakat.
"Saya yakin masyarakat tetap membayar dengan tarif yang dinaikkan, namun menjadi terpaksa dan itu sudah pasti karena menjadi kewajiban. Namun perusahaan ini kan bukan bersifat profit semata, ada kepentingan sosial masyarakat. Nah kalau seperti ini mana nilai sosialnya," ujar tokoh muda yang selalu aktif dengan kepentingan masyarakat luas di Asahan itu.
Menurutnya, silahkan PDAM melakukan penaikan tarif, namun perbaiki dulu mutu air yang menjadi kebutuhan masyarakat. Sehingga kenaikan yang mencapai 60 persen dan menjadi beban pelanggan setiap bulannya tidak sia-sia.
Secara terpisah Sekretaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM Martabat) Dedy Panjaitan mempertanyakan sosialisasi kepada masyarakat terkait kenaikan tarif ini. "Bila telah dilakukan sosialisasi, kepada masyarakat mana. Sehingga pernyataan PDAM telah melakukan sosialisasi, hanya isapan jempol belaka. Buktinya banyak masyarakat yang tidak paham," kata Dedy.
Sama seperti Syahit, Dedy juga berharap PDAM Tirta Silau Piasa, harusnya melakukan peningkatan pelayanan terlebih dahulu. "Coba lihat, air juga keruh. Lalu untuk apa dinaikkan tarif. Ini kan hanya mengecewakan pelanggan," katanya.
Sementara itu warga mengaku kecewa dengan kualitas air PDAM Tirta Silau Piasa. Linda, salah satunya. Dia mengaku harus melakukan dua kali penyaringan. "Kalau tidak, ambal yang saya cuci bukan bersih, malah kuning," kata ibu muda yang memiliki usaha cuci ambal ini.
Keluhan Riki lain lagi. Pria yang memiliki usaha depot penjualan air isi ulang ini mempertanyakan alasan kenaikan tarif. "Saya yang menjual air isi ulang saja, masih untung. Kok malah PDAM rugi, hingga menjadi alasan menaikkan tarif. Pusing saya," katanya.
0 comments:
Post a Comment