Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Thursday 1 February 2018

Pada Akhirnya Kematian Tak Bisa Disembunyikan

Pengungsi Rohingya.

Kantor berita The Associated Press (AP) dua hari lalu mempublikasikan laporan tentang temuan lebih dari lima kuburan massal di sejumlah desa muslim Rohingya di Myanmar.

AP mengatakan penemuan kuburan massal itu diperoleh melalui wawancara lebih dari 24 penyintas di kamp pengungsi Bangladesh dan rekaman video ponsel lengkap dengan keterangan waktu. Hasilnya terungkap pembantai terjadi di Desa Gu Dar Pyin, Kota Buthidaung di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Dilansir dari laman Press TV, Kamis (1/2), AP mengutip para pengungsi Rohingya yang mengatakan militer Myanmar melancarkan serangan ke desa pada akhir Agustus dengan bantuan massa Buddha.

Hampir setiap penduduk desa yang diwawancara AP mengaku melihat tiga kuburan massal besar di Gu Dar Pyin di jalan masuk sebelah utara dekat jalan utama, tempat ketika tentara menghabisi warga Rohingya. Saksi lain membenarkan adanya dua kuburan massal berikutnya di perbukitan dan sisanya tersebar di sekitar desa.

Rekaman ponsel video dari penyintas memperlihatkan pemandangan mengerikan, mayat-mayat tanpa kepala dan bagian tubuh lain terserak di tanah.

Pejabat setempat yang dihubungi AP mengatakan mereka tidak tahu sama sekali mengenai kuburan massal dan pemerintah Myanmar berulang kali menyangkal kekerasan terhadap orang Rohingya.

"Tentara merencanakan serangan yang terjadi pada 27 Agustus dan dengan sengaja ingin menyembunyikan perbuatan mereka. Mereka membantai tidak hanya dengan senapan, pisau, peluncur roket, dan granat, tapi juga sekop buat menggali tanah dan air keras untuk merusak wajah serta tangan supaya jenazah tidak dikenali," ujar para penyintas seperti dikutip AP.

"Massa Buddha di desa kemudian melakukan semacam aksi pembersihan dengan memenggal para korban luka dan bersama tentara melemparkan anak-anak serta lansia ke dalam api," lanjut mereka.

Pengungsi Rohingya 2018

Dalam sebuah laporan, penyintas bernama Kadir, mengatakan dia bersama 14 warga muslim Rohingya di Desa Gu Dar Pyin sedang akan bermain bola ketika serangan tembakan terjadi. Ketika rentetan tembakan usai, hanya tiga orang, termasuk dia, yang dibiarkan hidup.

Kadir mengatakan dia menemukan jasad enam temannya di dua kuburan. Jenazah mereka ditumpuk-tumpuk.

Dalam peristiwa lain Muhammad Sha, 37 tahun, menyaksikan lebih dari 200 tentara merangsek ke Gu Dar Pyin dari arah sebuah desa Buddha di sebelah selatan. Mereka kemudian melepaskan tembakan.

Dia juga menuturkan, tentara Myanmar menggeledah rumah warga-warga muslim dan warga Buddha mengambil barang-barang mereka.

Sha lalu mengatakan tentara membakar rumah mereka lalu melepaskan tembakan ke arah warga supaya mereka tidak kabur.

AP mengatakan citra satelit diperoleh dari DigitalGlobe dan sejumlah video memperlihatkan kawasan desa Rohingnya hangus jadi abu.

Laporan AP menyebut warga desa memperkirakan korban tewas mencapai 400 orang.

Pemerintah Myanmar selama ini selalu menyangkal serangan pembantaian terhadap muslim Rohingya seperti yang terjadi di Desa Gu Dar Pyin. Myanmar hanya mengakui ada satu kuburan massal berisi 10 mayat 'teroris' di Desa Inn Din, desa pesisir di Rakhine.

Pengungsi rohingya 2017

Dilansir dari laman NPR, Organisasi Migrasi Internasional memperkirakan ada 688 ribu orang Rohinbgya mengungsi dari Myanmar sejak Agustus lalu.

Organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas tahun lalu meyakini sebanyak 6.700 warga Rohingya dibunuh dalam rentang waktu sebulan sejak penyerangan dimulai akhir Agustus tahun lalu.

Matthew Smith dari lembaga bantuan kemanusiaan Fortify Rights mengatakan organisasinya sedang mendokumentasikan kuburan massal di Rakhine sejak 2016.

Dia mengatakan organisasinya tidak secara khusus mendokumentasikan penggunaan air keras kepada mayat tapi mereka sudah mengumpulkan banyak bukti bahwa tentara memutilasi jasad korban dan membakarnya.

"Hasil temuan ini sama dengan apa yang kita dapatkan di tempat lain di Rakhine," kata Smith.

Wakil Direktur Human Right Watch ASia Phil Robertson mengatakan kini sudah waktunya bagi Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk lebih serius mencari siapa bertanggung jawab di militer Myanmar atas kekejian ini.

"Laporan AP tentang penyerangan Tatmadaw (militer Myanmar) di desa Gu Dar Pyin serta penggunaan air keras untuk wajah mayat memperlihatkan kekejaman ini sudah direncanakan," kata Robertson.


Sumber: merdeka.com

0 comments:

Post a Comment