Partai Gerindra usung Mayjen (Purn) Sudrajat sebagai Cagub Jabar.
Prabowo Subianto dikenal sebagai orang kuat di republik ini. Kini Prabowo menjadi Ketua Umum Partai Gerindra yang memimpin barisan partai oposisi pemerintah. Prabowo juga merupakan salah satu pemegang kunci politik negeri ini.
Di masa lalu Prabowo dikenal sebagai perwira militer dengan karir cemerlang. Dia pernah menjadi Komandan Jenderal Kopassus dan menorehkan aneka prestasi di medan tempur.
Prabowo punya banyak kawan setia. Namun ada juga yang berani menantangnya terang-terangan. Siapa saja mereka?
Oesman Sapta Odang
Oesman Sapto Odang dikenal sebagai seteru Prabowo Subianto dalam perebutan kursi ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia periode 2010-2015. Saat itu Prabowo menggelar Munas HKTI di Bali, namun OSO juga menggelar Munas HKTI tandingan.
Kedua-duanya diangkat sebagai ketua umum oleh HKTI masing-masing. Karena itu ada istilah HKTI OSO dan HKTI Prabowo. Keduanya pun saling menggugat secara hukum dan merasa paling berhak mengusung bendera HKTI.
Dalam proses gugat menggugat itu, Oesman dikenal tidak gentar melawan Prabowo yang merupakan bekas jenderal Orde Baru. Pada Pilpres 2014 lalu, HKTI di bawah Oesman Sapta menyatakan mendukung Jokowi-JK, pasangan rival Prabowo-Hatta.
Oesman merupakan pemilik konglomerasi OSO Group yang bergerak di bidang percetakan, pertambangan, air mineral, properti, perkebunan, perikanan, transportasi, komunikasi dan perhotelan. Kini dia menjadi Ketua Umum Partai Hanura menggantikan Wiranto.
Basuki Tjahaja Purnama
Hubungan Prabowo dan Ahok bisa dibilang pernah mesra. Keluarga Ahok pernah diundang makan bersama dengan Prabowo di kediamannya di Hambalang Bogor. Sayang, momen itu nampaknya hanya menjadi kenangan kedua belah pihak.
Ahok telah memutuskan keluar dari Partai Gerindra pada akhir 2014 lalu. Kekisruhan ini berawal dari pembahasan UU Pilkada. Gerindra ingin kepala daerah dipilih DPRD, sementara Ahok menolak usulan partainya itu.
Pasca Joko Widodo menang Pilpres 2014, Ahok jadi gubernur DKI selama 2 tahun tanpa embel-embel partai politik di tubuhnya.
Peristiwa itu ternyata menjadi salah satu momen pahit bagi Prabowo. Dia menyesal telah memilih Ahok dan memenangkan mantan Bupati Belitung Timur itu di Jakarta lima tahun lalu.
"Kita sudah cari yang paling terbaik, kali ini bener deh. Gue minta maaf deh pernah ngakuin yang dulu itu. Maafin deh yah, jangan liat ke belakang," sesal Prabowo saat kampanye memenangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Jalan Jembatan Bandung, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Selasa (31/1).
Tidak cuma itu kekesalan Prabowo kepada Ahok. Dia juga mengomentari kepemimpinan Ahok selama di Jakarta. Menurut dia, Indonesia butuh kepemimpinan yang sejuk, tidak tukang marah dan maki-maki orang, apalagi terus menyalahkan anak buah.
"Jangan marah-marah negara kita butuh kesejukan sekarang, ini dikit-dikit marah jelek-jelekin, maki-maki. Kalau kita cari kesalahan semua salah pasti," ungkap Prabowo.
La Nyalla Mattalitti
La Nyalla Mattalitti tiba-tiba bersuara lantang menentang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto lantaran batal diusung sebagai bakal calon Gubernur Jawa Timur. Menurutnya, salah satu penyebab kegagalannya karena tidak sanggup memenuhi 'mahar politik' berupa uang ratusan miliar yang diminta Prabowo.
Kepada wartawan La Nyalla mengungkit jasanya untuk Prabowo pada dua kali pemilihan presiden yakni pada 2009 dan 2014. Dia mengaku mengeluarkan uang dari kantong sendiri untuk kebutuhan Pilpres. La Nyalla juga menggerakkan semua elemen di Jatim mulai dari Kadin, Pemuda Pancasila, KONI, Hipmi dan lainnya, untuk memenangkan Prabowo.
La Nyalla mengaku kecewa dengan Gerindra. Sebab, rekomendasi yang diberikan Presidium alumni 212 tidak dijalankan. Salah satu rekomendasi itu adalah mengusung La Nyalla sebagai cagub di Pilgub Jatim.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria membantahnya. Dia memberikan penjelasan terkait batalnya Gerindra mengusung La Nyalla di Pilgub Jatim. Menurutnya, batalnya pengusungan La Nyalla bukan karena mahar politik tapi berdasarkan musyawarah dengan koalisi partai lain.
Riza menegaskan, pihaknya tidak bisa memaksakan partai koalisi untuk mendukung pilihan Gerindra. Sebab koalisi, kata dia, harus dihormati segala pendapat dan keputusannya.
"Teman-teman koalisi lain punya pilihan lain harus hormati. Sehingga Gerindra sendiri jadinya, kemudian memutuskan dukung Gus Ipul. Saya yakin La Nyalla memahami," ujarnya.
Sumber: merdeka.com
0 comments:
Post a Comment