Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjelajahinya dengan serius terjun ke dunia politik. Setelah kalah pada putaran pertama Pilkada DKI Jakarta akhir 2016 lalu, AHY kini terlihat semakin sering melakukan safari politik. Dalam catatan merdeka.com, AHY dalam waktu waktu nunggu nah ke nubuatan seperti NTB dan belum lama ini ke Makassar , Sulawesi Selatan.
Tak hanya itu, ia juga bertemu dengan beberapa tokoh nasional mulai dari Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, dan Prabowo Subianto. Bahkan AHY juga tergolong mantan saingan politiknya dalam Pilkada DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok belum lama ini di Rumah Tahanan Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Pertemuannya dengan Prabowo di kediaman saudara Prabowo di Kertanegara, Jakarta lawan spekulasi yang akan dipasangkan dalam Pilpres 2019 mendatang. AHY memang disebut-sebut akan menjadi penerus SBY untuk berkiprah di ranah kepemimpinan nasional.
Saat berkunjung ke Mataram, NTB pada Mei lalu, ribuan warga memadati Taman Sangkareang dan area mobil bebas hari Udayana di mana AHY hadir dalam sebuah acara yang digelar Partai Demokrat. Salah satu alasan warga memadati tempat itu karena ingin melihat langsung AHY. Bahkan tak sedikit warga yang berteriak "Pemimpin ganteng" saat melihat AHY yang saat itu didampingi Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.
Daerah yang terakhir dikunjungi suami Anissa Pohan ini adalah Makassar, Sulawesi Selatan pekan lalu. AHY hadir di Makassar dalam lingkup memperingati Sumpah Pemuda dengan menjadi pembicara dalam kuliah kebangsaan di kampus Universitas Hasanuddin. Di hadapan 2 ribu peserta kuliah kebangsaan, AHY membeberkan gagasannya tentang indonesia emas 2045. Menurutnya, ada tiga syarat menuju indonesia emas. Di dalam, negara ini harus benar-benar aman dan damai, adil dan sejahtera, dan harus maju dan mendunia.
"Indonesia emas 2045 cita-cita bersama. Tentu banyak tantangan yang akan ada saat ini di abad 21," kata dia kala itu.
Selain meresmikan pembukaan The Yudhoyono Institute dan para guru temu kader Partai Demokrat yang dihadiri seluruh ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sulawesi Selatan dan simpatisan, dalam kunjungan tiga hal itu, 26-28 Oktober, ia juga kediaman Wapres Jusuf Kalla.
Namun Wapres Jusuf Kalla membantah ada agenda politik dalam kunjungan AHY ke kediamannya. Kunjungan AHY, kata JK, hanya silaturahmi biasa. "Ndak, temanya silaturahmi, ndak, ndak, dukung bagaimana?" tegasnya, Minggu (29/10).
Petinggi Partai Demokrat menyambut positif safari politik AHY. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto, AHY memiliki potensi menjadi pemimpin masa depan sehingga perlu belajar dari pengalaman para tokoh bangsa.
"Kita lihat mas Agus ini kalau dari kalangan bawah, kalangan muda, buletin muda yang di daerah-daerah atau pun yang di kota pun juga, itu kan punya juga memiliki kemampuan untuk pemimpin berikutnya ke depan," kata Agus di Kompleks Parlemen, Senayan , Jakarta, Rabu (1/11).
Menurutnya melalui silaturahmi dengan banyak tokoh bisa bisa dapatkan kans AHY menjadi pemimpin. Kendati ia tak tahan safari politik itu guna memuluskan pencalonan AHY dalam Pilpres nanti.
"Kalau kita juga sering silaturahmi pasti juga yang bagus. Jadi hal-hal tujuan yang mana pasti pasti kita sering silaturahmi tentunya akan menunjang sesuatu dari kesuksesan," tegasnya.
Safari politik yang dilakukan AHY, kata Agus merupakan dorongan dari kader dan pemuda di seluruh indonesia. Banyak kawula muda dan masyarakat disebut menginginkan AHY menjadi pemimpin Indonesia di masa yang akan datang.
Safari politik AHY juga ditanggapi politisi PKS, Hidayat Nur Wahid. Menurutnya safari politik AHY tidak perlu dikecualikan dengan Pilpres. Ia berpendapat kalau AHY maju dalam Pilpres akan beresiko. Salah satu faktornya adalah belum digugurkannya peraturan pencatatan 20 persen dalam UU Pemilu di Mahkamah Konstitusi (MK).
"Beragam hal yang bisa terjadi apalagi dengan UU tentang Pilpres yang sekarang masih di MK. PT mau pun masalah koalisi pada Pilkada 2018," jelasnya.
Meski demikian, Hidayat menyambut positif langkah AHY sowan keutaan tokoh dan negarawan. Hal itu bisa diandalkan anggapan publik ada permusuhan antar tokoh politik. "Setelah itu maka rakyat pun tidak kemudian tidak berada dalam posisi mencurigai memperbesar jarak ketidakberkamuk," kata Hidayat.
Dukungan AHY sebagai pemimpin nasional juga berasal dari kelompok relawan yang menamakan diri Pro-1 (Pro One). Relawan ini mendeklarasikan pencalonan Muhaimin Iskandar-AHY sebagai capres dan cawapres. Ketua Pro One Baihaqi Maisin melihat sosok kedua ini adalah calon yang mampu membawa aspirasi anak muda. Bahkan dua nama tersebut dinilai memiliki kans besar sebagai pasangan capres-cawapres. Posisi Cak Imin sebagai Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan AHY sebagai 'putra mahkota' Partai Demokrat, menjadi alasan mereka.
Sekjen Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan juga menilai AHY yang telah diusung dalam Pilpres 2019. Pertimbangan mengusung AHY salah satunya karena melihat respon masyarakat saat pensiunan TNI berpangkat walikota itu sesekali.
"Kalau kita yakin kan di 2019, kamu lihat sendiri AHY, kami siapkan kader kader. Kami siap termasuk AHY kemarin dia di Sulsel mendapat respon luar biasa coba berproses apa aja," jelasnya, Senin (30/10) di Kantor DPP Partai Demokrat , Menteng Jakarta Pusat.
Sumber: merdeka.com
0 comments:
Post a Comment