Korban meledak pabrik petasan di Kosambi.
Saat itu jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Komposisi pekerja di pabrik kembang api yang berada di Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, sudah memiliki tugas dengan masing-masing.
Beberapa pekerja ada yang siap mengepak kembang api dan pekerjaan-pekerjaan lain, yang menjadi tugas masing-masing pekerja pabrik. Anggi (18) yang sedang meracik ramuan saat itu, sudah siap dengan peralatan sehari-hari yang digunakan untuk membuat kembang api.
"Saat itu saya sedang duduk sambil mengayak, tiba-tiba saja api membesar," kata Anggi yang mengalami luka bakar 30 persen, Rabu (11/1).
Melihat api yang membesar, dan banyaknya pekerja yang berada di dalam pabrik, Anggi hanya terpikir untuk bisa menyelamatkan diri. Pasalnya si jago merah terus mengamuk dan membesar.
"Saat itu pokoknya saya harus keluar, enggak mikir gimana-gimana. Walau api waktu itu besar banget," ucap dia.
Diapun, akhirnya pilih menerobos kobaran api melalui pintu utama pabrik. Tentu sekujur tubuh terpanggang api dengan hebat. Yang melukai bagian wajah kanannya, lengan kedua, badan dan kaki.
Sambil terbaring lemas, Anggi mengisahkan, dia sudah 3 bulan lebih bekerja di pabrik yang sebelumnya dijadikan gudang kembang api itu. Bersama ke tiga kakaknya dari Tegal, Deni dan Muhamad Taneri, dia mengadu nasib di tempat itu.
"Kalau saya menghitungnya karyawan, diupah 58 ribu per hari, kalau yang borongan itu 40 ribu," katanya.
Anggi yang merupakan putra ke lima pasangan Yanto dan Sofiyah itu, mengaku diajak menyanyi kakak untuk bekerja di tempat itu. Tanpa bekal ijazah dan tetek bengek lain, dia pun masuk sebagai pembuat obat kembang api.
"Tepatnya dulukan gudang, baru dua bulan ini pabrik, saya juga baru diajarin buat ngayak saja," katanya.
Mengaku, musibah hebat itu sebagai pelajaran dan pengalaman hidup untuk memilah pekerjaan yang aman. "Belum tahu (mau apa), tapi kalau sudah imbal pulang, saya mau pulang kampung ke Tegal dulu," tutupnya.
Sumber : merdeka.com
0 comments:
Post a Comment