The kingdom of Asahan
History Collections
Lambang Kesultanan Asahan
ISTANA KERAJAAN ASAHAN DI TANJUNG BALAI ASAHAN
TAHUN 1537
Asal mulanya Kesulatanan Asahan dimualinya dengan turunnya Sulatan alaidin Mahkota Alam Johan Berdaulat I (Sultan Alaidin Riyatshah I Al Qahhar) yang memerintah Kerajaan Aceh (1537-1568) yang melakukan penyerangan ke Negri Pantai timur Sumatera
Saat Menyerang Labuhan Batu , datanglah pemaisuri Batara Sinomba, Raja Pinang Awan (Sulatan mangkuta Alam, Raja Air Merah) gelar Marhum Mangkat Di Jambu meminta tolong kepada Sultan Aceh karena dia sering difitnah dan dianiaya oleh suaminya.
Mendengar pengaduan isteri kedua Batara Sinomba yang beasal dari Angkola ini, Sultan Alaidin mengutus Raja Muda Pidie untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,akhirnya permasalahan dapat diselesaikan dengan terbunuhnya Batara Sinomba.
Sebagai rasa terima kasihnya Permaisuri tersebut menyerahkan puterinya yang bernama Siti Ungu Selendang Bulan ( Siti Unai) untuk dinikahi Sultan Aceh dan dibawa ke Kerajaan Aceh.
Setelah beberapa tahun abang Siti Unai ditemani oleh Raja Karo-karo datang menemui Sultan Aceh untuk meminta adiknya untuk dibawa pulang.Sultan Aceh memenuhi permintaan Abang Putri Ungu dengan syarat apabila kelak anak yang dilahirkan oleh Siti Ungu adalah seorang lelaki maka ia harus dirajakan di Asahan.
Untuk mengawal kepulangan Siti Ungu ke negerinya makan sultan Aceh mengutus salah seorang pembesarnya di Pasai yaitu Anak Sukmadiraja yang berasal dari Kampung Sungai Tarap Minangkabau.
Setibanya di Asahan Siti Ungu melahirkan seorang anak lelaki yang diberikan nama Raja Abdul Jalil . Siti Ungu menikah lagi dengan Raja karo-karo yang setelah masuk Islam dan diberi gelar Raja Bolon dan memperoleh seorang putra yang bernama Abdul Karim yang diberi gelar Bangsawan “Bahu Kanan”.
Tak berapa lama kemudian Raja Bolon menikah lagi dengan Putri Raja Simargolang dan memperoleh dua orang putera yaitu Abdul Samad dan Abdul Kahar yang bergelar Bangsawan “Bahu Kiri”
Setelah Raja Bolon meninggal timbulah perselisihan antara Sultan Abdul Djalil dengan Raja Simargolang karena mengangkat kedua cucunya tersebut menjadi Raja dikota Bayu dan Tanjung Pati.
Sultan Abdul Djalil terpaksa mengundurkan diri ke Hulu Batubara dan memintak ayahnya Sultan Aceh , akhirnya dengan bantuan Sultan Aceh Raja Simargolang dapat dikalahkan dan dipaksa membuat perjanjian damai dan pada saat itu pula Anak Sakmadiraja dinobatkan jadi Bendahara di kerajaan Asahan.
Kesultanan Melayu Asahan bermula kira-kira pada abad XVI, yaitu ada saat Sultan Abdul Jalil ditabalkan sebagai Sultan Asahan yang pertama dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.
Ayahnya ialah Sultan Aladdin Mahkota Alam Johan Berdaulat (Sultan Alaiddin Riayat Syah “Al Qahhar”), Sultan Aceh ke XIII yang memerintah sejak tahun 1537 – 1568, sementara ibunya adalah Siti Ungu Selendang Bulan, anak dari Raja Pinang Awan yang bergelar “Marhum Mangkat di Jambu”. (Pinang Awan terletak di Kabupaten Labuhan Batu).
Sebelumnya, Aceh telah menaklukkan negeri-negeri kecil di pesisir Sumatera Utara dan di dalam salah satu pertempuran inilah Raja Pinang Awan terbunuh dan anaknya Siti Ungu dibawa ke Aceh dan menikah dengan Sultan Alaiddin.
Sampai dengan saat ini Kerajaan Asahan telah memiliki 12 orang Sultan yang dihitung menurut Silsilah dan keturunan Raja – raja Asahan,
TAHUN 1612
Perjalanan Sultan Aceh, Sultan Iskandar Muda, ke Johor dan Melaka tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari sejarah Tanjungbalai. Dalam perjalanan tersebut, rombongan sultan beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai yang bernama Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah tanjung yang merupakan pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau, tempat sultan bertemu dengan Raja Simargolang, penguasa setempat. Di tempat itu juga Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai balai untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan yang dinamakan Tanjungbalai.
Menjaga dan Melestarikan Peninggalan-Peninggalan Bersejarah atau situs-situs bersejarah sangat lah penting. Pada jaman era globalisasi sekarang ini terkadang kita semakin melupakan dan meninggalkan sejarah-sejarah tempat dimana kita tinggal, bukan hanya sejarah yang berbentuk benda (Prasasti), Bangunan (property)bahkan Adat Istiadat yang diturunkan oleh nenek moyang pendiri dari satu kota tersebut semakin hari akan semakin terlupakan. Semua itu akibat dari semakin majunya perkembangan diberbagai bidang termasuk salah satu masuknya tradisi-tradisi modern maupun tradisi-tradisi asing ke wilayah tersebut.
Untuk menjaga sejarah dan budaya yang ada di daerah, kita sebagai putra daerah harus dapat mengajak seluruh elemen masyarakat agar senantiasa mengingat dan melestarikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di daerah tersebut.
Pemerintah terkadang bisa melupakan history dari daerah tersebut hanya demi pembangunan, padahal pemerintah sudah menyediakan instansi untuk menjaga dan melestarikan sejarah-sejarah yang ada seperti instansi dari dinas pariwisata, namun akibat dari perkembangan disegala aspek, instansi tersebut dapat melupakan pentingnya history dari satu kota atau daerah demi kepentingan Pembangunan inprastrusktur.
Sejarah Kota Kisaran Kab.Asahan
Perjalanan Sultan Aceh Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah Tanjung yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai Balai untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan Tanjung Balai. Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I.
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com
TAHUN 1630
Pemerintahan Kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda.
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com
Sri Paduka Raja Abdul Djalid Rahmad shah diangkat sebagai Raja Asahan I ,beliau menikah dengan Encik Amina putrid dari Bendahara Pemangku Raja Bahu bin Sukma Diraja dan isterinya Ompa Liang , dari pernikahan ini diperoleh dua putra yaitu Tengu Saidi dan Sri Paduka Raja.
Tak Lama Berselang
Raja Abdul Djalil menikah lagi dengan Tengku Ampuan putri Tengku Sulung glr Marhon Mangkat Di Simpang Raja Panai dan Bilah, dari pernikahan ini diperoleh tiga orang Putri, Raja Huma,Raja Marsa,Raja Busu masing-masing tinggal di Bilah.
Kemudian Raja saidishah pindah ke Simpang Toba , beliau menikah dengan putri Raja Bendarahar bernama Putri Halijah(jaliah) dan dari pernikahan ini diperoleh seorang putra bernama Tengku Muhammad Mahrum.
27 Desember 1672
Perkampungan ini kelak berkembang menjadi Kesultanan Asahan, yang bermula kira-kira pada abad XVI, pada saat Sultan Abdul Jalil ditabalkan sebagai Sultan Asahan yang pertama dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.
Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertama kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” den-gan surat keputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.
1. Sultan Abdul Jalil
2. Sultan Saidisyah
3. Sultan Muhammad Rumsyah
Abad ke 17
Pada Awal Abad ke 17
Raja Saidisyah Mangkat di simpang Toba dan dimakmkan disana dengan gelar Marhum Simpang Toba.Untuk melanjutkan kerajaaan Asahana dinobatkan putra tunggal Raja saidi yaitu sri Paduka Tuanku Muhammad Marhum Shah menjadi Raja Asahan II,beliau menikah dengan enchik Samidah Putri dari Raja bendahara , dari pernikahan ini diperoleh 3 putra tuanku Deva, Tuanku Abdul Salim ,Tuanku Sutan Muda .
TAHUN 1760
Tuanku Abdul II memindahkan pusat pemerintahan ke Kampung Baru ( Sungai Raja) ,beliau adalah tipe orang pintar dan tidak mengenal takut. Menurut sejarah
Pada tahun 1760-1765 Raja Alam (Sultan Siak) anak Raja Kecik minta bantuan kepada beliau untuk melawan Belanda di Malaka . Ketika beliau menemani Raja Siak ke Malaka dan menjadi tamu kehormatan Gubernur Malaka ,beliau menyaksikan kota Malaka telah menjadi kekuasan Belanda.Melihat hal ini beliau membakar semangat Rakyat Malaka untuk melawan belanda dan memberitahukan kepada raja Alam (Sultan Siak) untuk melawan VOC dari daerahnya (Siak) dan Tuanku Abdul Djalil II siap memimpin pasukan dan berada digaris depan.
Dalam penyerangan di pulau Gantung yang dikuasai Belanda. Belanda dapat dipukul mundur. Pulau Gantung kembali kebawah kekuasaan Sultan Siak , atas kegigihannya membantu Kerajaan Siak menghalau belanda ,beliau diberi gelar “Yang Dipertuan” oleh Sultan SIak.
TAHUN 1765
Tidak berapa lama setelah Sultan Abdul Djalil II kembali ke Asahan, tepatnya tahun 1765 beliau meninggal di Sungai Raja Kampung Baru (Kisaran) dan dimakamkan disana dengan gelar Marhum Sungai Raja.
Untuk menerukan dinasti kerajaan Asahan,dinobatkan YTM Sri Paduka Tuanku Deva Shah sebagai sultan Asahan V.dan adiknya Raja Abdul Zalim sebagai Raja Muda.
Sultan Deva Shah memerintah di Pasir Putih masuk dalam wilayah Kisaran saat ini, Mas Hidupnya beliau mempunyai 5 isteri, isteri pertama putrid Bendahara,isteri kedua putrid Raja Rondahim dari Simalungun Tanah Jawa,isteri ketiga Gadis tionghoa dari Malaka, dari pernikahan ketiga ii lahir dua putra Tuanku Said Musa dan Tuanku Muhammad Ali.
Isteri keempat Encik Jahu (Tionghoa dari Malaka) dari pernikahan ini diperoleh 1 putra Raja Laut dan 3 putri, Tengku dan Raja Biong lentung Isteri Kelima enchik Sayyidah.
Abad ke 18
TAHUN 1805
Sultan Deva Shah mangkat di Pasir Putih dan belium dimakamkan disana dengan gelar Marhum Pasir Putih ,sebagai penganti almarhum dinobatkan Sultan Ahmad Musa menjadi Sultan Asahan VI.dan beliau memindahkan Pusat pemerintahan ke Rantau Panjang.
TAHUN 1806
Sultan Husain Muhmmad shah lahir tahun 1806 , semas hidupnya menikah 2 kali.pertama dengan tengku Sulungputri Pamannya Tengku tua dan isteri kedua Putri Raja Piani.Drai pernikahna ini lahir 3 putra dan 4 putri, Tengku Ahmad shah,Tengku Amir glrTengku pangeran besar Muda, Tengku Muhammad Adil(Tengku Babul),Tngku Tengah glrTengku Ampuan, Tengku Putri,Tengku Kechil Ajis, Tengku Sunit,sedsngkan dari isteri kedua Tuan teleha(Tuan Trus), putrid seorang keponakan raja Batak buntu ,Panai melahirkan Raja Muhammad sjarif glr Tengku Setia Maharaja, Raja Muhammad Bakir dan seorang putri Tengku Sulung Toba.
TAHUN 1807
Sultan Ahmad Musa menikah dengan Encik Fatimah putri Megat Gunung bin Bendahara , belum lagi anaknya lahir, Sultan mengangkat Sultan Muda Muhammad Ishak ibni almarhum Sultan Ahmad musa menjadi raja muda Asahan dan Raja Kuala Leidong.Setelah itu Sultan Ahmad Musa pun mangkat dengan gelar Marhum Rantau Panjang. Untuk meneruskan mahkota kerajaan Asahan,dinobatkan adik sultan Musa, Sultan Muhammad Ali Shah menjadi sultan Asahan VII.
Selama masa hidupnya Sultan Muhammad ali menikah dua kali, pertama dengan Tengku Ampuan,adik tengku tua, putri Tengku Sutan,dari pernikahan ini lahir Raja Husain shah dan Tengu Siti Asmah glr Tengku Maharaja Suri Raja deli.Daripernikahan kedua denga Puan Beberapa lahirlah 2 putra yaitu Tengku sulung dan Tengku Ala’ang Djafar ,serta dua putri Raja Biyong dan Raja Tua saciwai.
TAHUN 1813
Sultan Ahmad Musa mangkat di Si Rantau , timbulah perselisihan dalam merebutkan pkursi kesulatnanan antara Tengku uhammad Ishak putra Tuanku Ahmad Musa,Sultan ASahan VII dan Tuangku Husain Shah anak Sultan Muhammad Ali sultan Asahan VIII
Tengku Tua yang pada saat itu menjadi Wali dari Raja Muhammad Ishak menetapkan Muhamad ishak sebagai sultan Asahan, akan tetapi hal ini ditentang oleh oleh Bendahara yang menjadi wali sultan Husssain Shah
Berbagai musyawarah ditempuhkan untuk menyelesaikan maslaah ,akan tetapi kedua pihak yang bersengketa tetap mempertahankan pendapatnya, maka akhirnya timbul perang saudara , penduduk Asahan dari kaum Batak tidak menerima jika Raja Muhammad Ishak menjadi Sultan Asahan.
pada Masa Perang Saudara yang berkecamuk ,ddaerah sepanjang Sungai silau dikuasai oleh Raja Muhammad ishak dan berkli-kali keluarag sultan ashan melakukan musyawarah tetap tidak diperoleh kesepakatan.
Akhirnya keluarga besar kesultanan Asahan mengambil keputusan yang mengejutkan yaitu mengadakan penyerngan ke negeri Kuala ,keputusan ini diambil berdasarkan beberapa alasan ,jika Negeri Kuala dikuasai makan Raja Ishak akan dinobatkan sebagai raja disana.
Keputusn tersbut disetujui oleh sultan Muhammad Husain Shah dn Raja Muhammad ishak , dengn cepat dibentuk dua kelompok pasukan yang masing-masing dipimpin oleh sulatan Raja Muhammad Husain shah dan Raja Muhammad ishak menyerang dari daerah Kuala Sungai Kualuh dan Sultan Muhammad Ishak menyerang dari daerah hulu sehingga akhirnya Ngeri Kualuh dapat ditaklukkan
TAHUN 1829
Raja Muhammad Ishak dinobatkan menjadi Yang Dipertuan Besar Muda Asahan yang berkuasa mulai dari sungau Asahan samapi ke Bandar Pulau dan ia juga diangkat sebagai Raja Kualuh dan Leidong, danpamannya Tengku Tua dan tengku Biyung Kecil mengangkat Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah menjadiSultan Asahan VIII yang berkuasa di Sei Silau.
Untuk menjalankan pemerintahan Negeri Kualuh Sultan Muhammad Husain mengangkat beberapa Datuk yang diambil dari ASahan.
TAHUN 1852
Tengku Siti Asmh menikah dengan Sultan deli sultan Panglima usman ibni marhum Sultan Amaluddin Perkasa Alam
TAHUN 1859
Sulatan Husain Muhammad shah mangkat pada tanggal 1 februari 1859, di Si Rantau dan dimakamkan di Kampung Mesjid dan sebagai penerusnya diangkat Sultan Ahmad shah sebagai sultan Asahan IX.
TAHUN 1865
18 September 1865
karena sultan Ahmad Shah menolak permintaan Belanda untuk tunduk kepada Sultan Siak, ia memasang bendera Inggris ditepi Pantai Asahan sehingga Belanda menyerang Asahandan Asahan Takluk pada saat ini,
27 September 1865
Setelah ASahan takluk kepada Belanda ,sultan Ahmad Shah dan adiknya Tengku Muhammad Adil ke Riau, sedangkan adiknya Tengku Amir glr Tengku Pangeran Besar Muda diasingkan ke Ambon.
Assisetn Residen Riau t Elisa Netsher mengangkat Tuanku Al Bathil Billah al sultan Nimatullah shah ibni marhum al sultan Muda Muhammad Abdul haq yang dipertuan muda Asahan sebagai Raja Kualuh Leidong memimpin Asahan.
30 september 1867
Kekuasaan Pemerintaahan belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan government busluit 30 september 1867 no 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah Belanda menjadi tiga yaitu Onderafdeling Batu Bra,Onder Afdeling ASahan dan Onder afdeling Lahuhan batu.
Kerajaan sultan Asahan dan Pemrintahan Datuk-Datuk diwilayah Batu Bara tetap diakui Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya, Wilayah Kesultanan dibagi jadiDistri dan Onder Distrik :
1.Distrik Tajung Balai dan onder distrik sungai Kepayang
2.Distrik Kisaran
3.Distrik Bandar Pulau dan Ondr distrik Pasir Mandoge
Sedangkan pemerintahn wilayah datuk-Datuk di Batu Bara menjadi Self Bestuur yaitu;
1. Selfbestur Inderpura
2. Selfbestuur Lima Puluh
3. Selfbestuur Pesisir
4. Selfbestuur Suku Dua (Bogak dan Lima Laras)
30 september 1867
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Onder Afdeling Batu Bara
2. Onder Afdeling Asahan
3. Onder Afdeling Labuhan Batu.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:
1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang.
2. Distrik Kisaran.
3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.Sedangkan wilayah pemerintahan
Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:
1. Self Bestuur Indrapura
2. Self Bestuur Lima Puluh
3. Self Bestuur Pesisir
4. Self Bestuur Suku Dua ( Bogak dan Lima Laras ).
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com
30 November 1867
Sultan Nimu’lah diturunkan oleh Belanda,dan kemudian Asahan dipimpin oleh empat Pembesar melayu dan pada masa itu sering terjadi perlawanan terhadap Belanda.
TAHUN 1880
Jalan kampong tanjung balai ashan tahun 1880
24 Maret 1886
Sultan Ahmad shah dipaksa menanda tangani Surat Perjanjian takluk di Bengkalis Akte van Bevestinging Karena telh diputuskan oleh
25 Maret 1886
Sultan Ahmad dan adiknya dikembalikan ke Asahan, sultan Ahmad kembali memerintah Asahan Istana raja Indra sakti Tanjung Balai
Dalam Hidupnya sultan Ahamd menikah dua kali, pertma dengan Tengku Sulung putri Tuamku Muhammad Ishak Raja Kualuh Leidong dan Yang dipertuan juda Asahan,dan isteri kedua encik Daeng seorang wanita bugis dari RIAU tetapi dari kedua perniakhan ini Sultah Ahmad shah tidak memperoleh keturuanan.
27 Juni 1888
Sebelum sultan Ahmad Shah mangkat, beliau membuat surat wasiat,karena tidak mempunyai keturunan maka untuk melanjutkan pemerintahan Kesultanan Asahan,beliau meminta supaya anak tertua dari adiknya tengku Muhammad adil dan isterinya encik Sri Bulan yaitu Tnegku Ngah Tanjung menjadi sultan.
Akhirnya Sultan ahmat shah mangkat di istana Raja Indra Sakti Tanjung Balai dan dimakamkan di Mesjid Agung sultan Ahmad shah
Sultan Muhammad Hussain Rahmad shah II
Sultan Asahan X
8 Oktober 1888
Atas persetujuan Belanda akhirnya Tenghu Ngah Tanjung dinobatkan sebagai sultan Asahan X dengan nama Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah II
Perkebunan asahan menerbitkan token koin dolar Kisaran penganti mata uang bagi area kebuh asahan
TAHUN 1895
Tanjungbalai pada tahun 1895
Foto Kota Tanjungbalai di masa lampa, foto di ambil dari udara
Foto jembatan sungai silau
Abad ke 20
Jalan utama kisaran tanjung balai asahan 1900
Pelabuhan tanjung balai asahan 1900
TAHUN 1908
Pada Mas pemerintahan Sultan Muhammad Hussain Rahmad shah II Negeri Asahan sangat maju dan sangat dikenal oleh Pedagang dari luar negeri terutama pedagang dari negeri belanda. Banyak maskapai eropah memmbuka perkebunan(onderneming) di Asahan.
Pada masa iniBelanda banyak membangun bberapa gedung pemerintahan dan membangun akses dari daerah lain menuju Tanjung Balai dengan membangun jalan dan jalur kereta api serta memperluas pelabuhan
Sukltan Muhammad Husain pernah melawt kenegeri Belanda bersama Tengku Alang Yahya dan tengku Musa dsan pada tahun 1908 beliau menerima anugrah bintang Knight order of the Netherland Lion dari Ratu wihelmina.dan semasa pemerintahannya Rakyat asahan bertambah makmur hidupnya dan beberapa perusahan Eropah menjalankan perniagan dinegeri asahan.
Menurut info teman dr Iwan sat ini ada seorang peagang Tionghoa yang tersohor di tanjung Balai Asahan baca pessannya liwat email
Dear Dr. Iwan,
I read your blog on history of Padang , Sumatra and enjoyed the nostalgia…Perhaps with luck, u may know something of other historical TiongHua communities in Sumatra- am interested to know more about Khoo Cheow Teong who was a active trader from Tanjong Balai, Asahan( east coast, North Sumatra ) in 1900s. He had two sons; Khoo Sian Wei and Sian Ewe, the former stayed back in Asahan whilst the father and second son, Sian Ewe lived a active biz n social life in Penang. I am a descendant but have no contact or knowledge of their family or biz in Asahan. Now am trying to catchup and wonder if you can kindly share what u may know or refer me to sources
(clan associations? Newspaper reports? Museum? Archives? English, Jawi or Dutch language?? Etc) and people who may know the Khoo family. Thanks for yr help, rgds roberty
Saya harap ada info buatnya
(Dr Iwan)
27 juni 1917
Setelah dikuasai Belanda, Kota Tanjungbalai menjadi suatu gemeenteberdasarkan Besluit Governeur General tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. no. 284/1917, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derahSumatera Timur, termasuk daerah Asahan, seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (“Lonsum”), dan lain-lain.
Kota Tanjungbalai menjadi kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan yang penting artinya bagi lalu-lintas perdagangan Hindia-Belanda
Tanjung Balai 1900
Istana Kesultanan Asahan di Tanjung Balai. Tinggal Kenangan
TUANKU SULTAN SYAIBUN ABDULJALIL RAHMATSYAH
(5 Oktober 1906 – 6 April 1980).
PADA PUKUL 11 TGL 19 SYAFAR 1353(15 JUNI 1933),
PEDUKO TONGKU BOSAR SYAIBUN DINOBATKAN & DITABALKAN MENJADI SULTAN NEGERI ASAHAN DI ISTANA KOTA RAJA INDRA SAKTI – TANJUNG BALAI.
KARENA SULTAN DINOBATKAN PADA HARI KAMIS, MAKA PADA JUM’AH MANIS 16 JUNI 1933, DIADAKAN ACARA DULI TUANKU & TEPUNG TAWAR DI SINGGASANA KESULTANAN ASAHAN.
TENGKU NURULASYIKIN BINTI TENGKU PANGERAN BENDAHARA NEGERI BEDAGAI, ESOKNYA KEHADAPAN BALAI PENGHADAPAN NAIK KE ATAS SINGGASANA LEPAS BERIJAB KABUL & DIDAULAT MENJADI TENGKU PERMAISURI NEGERI ASAHAN
Laurentius klappert
Assisten Resident Asahan
11 Februri 1908
Sultan Muhammad Husain shah II menanda tangani Kontrak Politik dengan Belanda yang diwakili oleh Jacob ballot residen Sumatera timur dan pemrintah belanda juga mengankat Laurentius Klappert sebagai assisten resident Afdelling Asahan.
Semasa hidupnya sultan Muahammad Husain menikah 6 kali, yang pertama dengan Raja tengah Uteh putri sulung Raja tengah Muhammad abu Bakar dan isteri kedua dengan Siti Zainab seorang wanita keturunan Arab, isteri ketiga encik hitam ,wanita dari penang, isteri ke empat Encik Ungah(ongah) wanita dari sungai Kepayang(mungkin sumbu sama dengan Hajjah ainon binti Awang atau singapura) yang mungkin ibu tengku Amir,isteri kelima Tengku Zahara putri Tengku uhammad Yusuf bin Tengku Abdul Djalil atau johor-singapura, isteri keenam tengku Madariah dan isteri ketujuh Encik Itam. Dari pernikahan ii sultan memiliki 8 putra dan 4 putri
Tengku Besar Amir
1. Tengku amir lahir tahun 1885 di tajung Balai,dan tahun 5 mei 1899 dinobatkan sebagai tengku Besar anak dari pasangan Raja Uteh
2. Tengku Ibrahim (siti ainab)
3. Tengku Usman lahir tahun 1900(dari isteri encik hitam)
4. Tengku Muhammad Ishak (dari isteri encik hitam),meninggal dalam revolusi social maret 1946
5. Tengku Haidar Manazir( dari isteri Encik Unga)
6. Tengku Zai’bun Yunus(dari isteri tengku Zahara)
7. Tengku Muhammad Ali(dari isteri tengku Zahara)
8. Tengku Abdul Azis (dari isteri tengku Zahara)
Putri, tengku Darjat,aishah,Khail ul Bannah,Fatimah Badtiyah,Mariam,Jamilah,munal ,slamah,haminah,chantik,kalsum,hasnah,arfah,dan Jawahir.
Para Pendiri HAPM
Ass resident, tengku alang yahy,regent asahan,cj van kampen dan gouvernour sumastra ooskust
TAHUN 1910
Harag karet dunia melambung tinggi sehingga Belanda dan amerika membuka perkebunan karet di Asahanatas persetujuan sultan Muhammad Husain II dengan member konsensi tanah diaerah Kisaran dengan nama perushaan Hollandsche-Americaansche Plantange Maatschapij(HAPM)
6 Pebruari 1913
Tengku Besar amir mangkat, untuk mengantikan posisinya sultanmenobatkan tengku Sha’ibun Yunus sebagai Tengku Besar .Selama hayatnya Tengku Besar Amir pernah membantu Wastenek di sumatera barat yang waktu itu masih sebagai assisten resident ,Tnegku amir dimakamkan di Mesjid Raya sultan Ahmad di tanjung Balai.
Sulatan sja’ibun djalil
7 Juli 1915
Sultan Muhammad Husain II mangkat di Istana kota Raja Indera sakti,Tanjung Balai. Neliau dimakamkan di mesjid raya sulatan ahmad tanjung balai , Putra kewenam dari isteri kelima tengku Sja’ibun di nobatkan sebagai pengantinya menjadi sultan Asahan dengannama sultan Sja’ibun Abdul Djalain Ahmad shah III, tetapi karena beliau masih sangat muda sementara Pemerintahan dipimpin oleh saudar ayahnya Tengku Alang Yahya
Tengku alang jahya regent asahan
TAHUN 1917
Pertumbuhan dan perkembangan kota Tanjung Balai sebagai akibat dibukanya perkebunan di sumatera timur termasuk daerah asahan (HAPM),SIPEF,LONSUM(London simatera), dan lain-lain sehingga kota tanjung balai asahan sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting bagi pemerintahan hindia belanda.
Jembatan kisaran 1921
Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan-Tanjung Balai maka hasil perkebunan dapat lebih lancer disalurkan atau diekspor melalui pelabuhan tanjung balai.Untuk itu dibangun kantor KPM,Borsmeij, dan mulai pejabat eropah mendiami Tanjung Balai seperti assiste resisdent, oleh karena jabatan nya ia merangkap sebagai walikota dan ketua dewan(voorzier van gemeente raad),
Kisaran Asahan Post Office
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com
TAHUN 1925
Kunjungan governor general DEI de Fock ke istana Sultan Asahan di Tanjung Balai 1925
TAHUN 1930
Pasar tanjung balai asahan 1930
Foto udara Tanjungbalai pada tahun 1930-an
TAHUN 1933
Pernikahan tengku sja’ibun dan tengku nurul 1933
17 juni 1933
Sultan Sja’ibun menikah dnegna tengku Nurul putrid Tengku Rahmad Pangeran Bendahara Putra dari Bedagai,
15 Juli 1933
Mesjid raya sultan ahmad shah
TAHUN 1942
Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan
Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com/
Pasar tanjung Balai 1930
TAHUN 1945
17 Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu:
1. Kewedanan Tanjung Balai
2. Kewedanan Kisaran
3. Kewedanan Batubara Utara
4. Kewedanan Batubara Selatan
5. Kewedanan Bandar Pulau.
Kemudian setiap tahun tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Asahan.
Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:
1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan
2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati
3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih
4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari;
A. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Tanjung Balai
Kecamatan Air Joman
Kecamatan Simpang Empat
Kecamatan Sei Kepayang
B. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Kisaran
Kecamatan Air Batu
Kecamatan Buntu Pane
C. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Medang Deras
Kecamatan Air Putih
D. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu:
Kecamatan Talawi
Kecamatan Tanjung Tiram
Kecamatan Lima Puluh
E. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
Kecamatan Bandar Pulau
Kecamatan Pulau Rakyat
Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
Sumber : http://kisaransumatrautara.blogspot.com
TAHUN 1948
Abdullah Eteng bupati asahan
Muslim Juni 1946
TAHUN 1947
TAHUN 1948
TAHUN 1954
Rakutta zsembiring bupati asahan
1956
1963
1982
Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1982. Dengan adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :
Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi :
1. Kecamatan Medang Deras
2. Kecamatan Air Putih
3. Kecamatan Lima Puluh
4. Kecamatan Talawi
5. Kecamatan Tanjung Tiram
Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi :
1. Kecamatan Air Joman
2. Kecamatqan Meranti
3. Kecamatan Tanjung Balai
4. Kecamatan Simpang Empat
5. Kecamatan Sei Kepayang
Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi:
1. Kecamatan Buntu Pane
2. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
3. Kecamatan Air Batu
4. Kecamatan Pulau Rakyat
5. Kecamatan Bandar Pulau
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7 Agustus 1996.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 138/ 814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan Kecamatan di 3 (tiga) Kecamatan, masingmasing sebagai berikut :
1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih
2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram
3. Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di Kecamatan Pulau Rakyat.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September 2000 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000 telah menetapkan tiga kecamatan perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan dan Sei Balai menjadi kecamatan yang Definitif. Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30 Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa baru hasil pemekaran yaitu :
Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP Mandoge
Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat
Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang Empat
Desa Sentang, pemekaran dari desa Lima Laras, kec. Tanjung Tiram
Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.
Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi
dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.
Struktur Pemerintahan Kabupaten
Asahan pada saat ini terdiri dari :
- Sekretariat Daerah Kab. Asahan
- Sekretariat DPRD Kab. Asahan
- Inspektorat
- 16 Dinas Daerah
- 7 Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan dan 3 berbentuk Kantor.
- 13 Kecamatan
- 149 D e s a
- 27 Kelurahan
Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan yaitu pada tanggal 15 Maret 1946 sampai dengan sekarang, Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan yaitu:
1. ABDULLAH ETENG (15-3-1946 s/d 30-1-1954)
2. RAKUTTA SEMBIRING ( 1-2-1954 s/d 29-2-1960 )
3. H. ABDUL AZIZ ( 1-3-1960 s/d 3-5-1960 )
4. USMAN J S. ( 4-5-1960 s/d. 10-5-1966)
5. H. A. MANAN SIMATUPANG (11-5-1966 s/d 31-1-1979)
6. Drs. IBRAHIM GANI/sebagai pelaksana Bupati (1-2-1979 s/d 2-3-1979)
7. Dr. BAHMID MUHAMMAD (2-3-1979 s/d 2-3-1984)
8. H. A. RASYID NASUTION, SH/sebagai pelaksana Bupati (2-3-1984 s/d 17-3-1984 )
9. ABD. WAHAB DALIMUNTE, SH/sebagai pelaksana Bupati (17-3-1984 s/d 22-6-1984)
11. H. ZULFIRMAN SIREGAR (22-6-1984 s/d 22-6-1989 )
12. H. RIHOLD SIHOTANG periode I (22-6-1989 s/d 22-6-1994)
13. H. RIHOLD SIHOTANG peroide II (22-6-1994 s/d Juli 1999)
14. Drs. H. FACHRUDDIN LUBIS/sebagai pelaksana Bupati (7 – 1999 s/d 12-1- 2000)
15. Drs. HAKIMIL NASUTION sebagai pelaksana Bupati (12-1-2000 s/d 25-3-2000 )
16. Drs. H. RISUDDIN ( 25-3-2000 s/d 25-3-2005 )
17. Ir. H. SYARIFULLAH HARAHAP, Msi sebagai pelaksana Bupati (25-3-2005 s/d 8-8-2005)
18. Drs. H. RISUDDIN 8-8-2005 s/d 2011)
19. Drs. H. Taufan Gama Simatupang MAP 8-8-2011 s/d sekarang)
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-GR Kabupaten Asahan sebagai berikut :
1. SYEH ISMAIL ABDUL WAHAB ( 27-1-1945 s/d 26-1-1947 )
2. SAIDI MULI ( 27-1-1947 s/d 17-8-1957 )
3. H. AHMAD DAHLAN ( 17-8-1957 s/d 4-6-1960 )
4. USMAN SAID ( 4-6-1960 s/d 31-8-1965 )
7. NUR ARMANSYAH ( 31-8-1965 s/d 15-2-1967 )
Sedangkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Asahan adalah :
1. AHMAD SALEH ( 15-2-1967 s/d 17-11-1972 )
2. NURMANSYH ( 17-2-1972 s/d 11-8-1977 )
3. Dr. BAHMID MUHAMMAD ( 11-8-1977 s/d 2-3-1979 )
4. H. A. EFFENDY HASYIM ( 6-10-1979 s/d 11-8-1982 )
5. H. SUPARMIN ( 11-8-1982 s/d 11-7-1987 )
6. H. SAID YUSUF ( 11-7-1987 s/d 11-7-1992 )
7. H. AMINUDDIN SIMBOLON ( 11-7-1992 s/d 25-7-1997 )
8. H. AMINUDDIN SIMBOLON ( 25-7-1997 s/d 7-9-1999 )
9. H. SYAMSUL BAHRI BATUBARA ( 14-10-1999 s/d 2004 )
10. Drs. BUSTAMI HS. ( 2004 s/d sekarang )
6 April 1980
Dr T.Kamal Ibrahim abdul jalil sultan asahan XI
Walikota Tanjungbalai Drs H Thamrin Munthe Mhum, Sultan Pemangku Adat Negeri Asahan – Tuanku Dr. Kamal Abraham Abdul Jalil Rahmadsjah ibnu Marhum Tuanku Sultan Sa’ibun Abdul Jalil Rahmadsjah, Tongku Pangeran Haji Bustamam
BALAI DI UJUNG TANJUNG (TANJUNGBALAI)
Profile Kota Kisaran Kab.Asahan Prop.Sumatera Utara
Nama Resmi : Kabupaten Asahan
Ibukota : Kisaran
Luas Wilayah: 462.441 Ha
Jumlah Penduduk: 935.233 Jiwa (Sensus Penduduk 2003)
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 20
Bupati : Drs. H. Risuddin
Wakil Bupati: Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP
Alamat Kantor: Jl. Jend. Sudirman No. 5, Kisaran – Sumatera Utara
Telp. (0623) 41100, 41200 Fax. (0623) 433333
Kota Tanjungbalai
adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 154.445 jiwa. Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak tempuh dari Medan sekitar 4 jam.
Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per km². Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan
Hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah 154.445 jiwa yang terdiri atas 77.933 jiwa dan 76.512 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan terbanyak berada di Kecamatan Teluknibung dengan jumlah penduduk 35.802 jiwa sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara Dengan jumlah penduduk 15.862 jiwa.
Dan Berikut adalah tabel penduduk Kota Tanjung Balai Per Kecamatan Tahun 2010 :
1. Datuk Bandar 33.797 Jiwa
2. Datuk Bandar Timur 26.942 Jiwa
3. Tanjungbalai Selatan 19.330 Jiwa
4. Tanjungbalai Utara15.862 Jiwa
5. Sei Tualang Raso 22.712 Jiwa
6. Teluknibung 35.802 Jiwa
Geografi
Kota Tanjungbalai terletak di antara 2° 58′ LU dan 99° 48′ BT, dengan luas wilayah 60,52 km² (6.052 ha), dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjung Balai
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat
Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat
Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang
Pandangan Umum
Kota Tanjung Balai terletak di antara 2º58′ Lintang Utara dan 99º48′ Bujur Timur. Posisi Kota Tanjung Balai berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar. Kota Tanjung Balai secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tanjung Balai 6.052 Ha (60,52 km²)
Perbankan
1. Bank SUMUT
2. Bank Mandiri
3. Bank BRI
4. Bank BCA
5. Bank Muamalat
6. Bank BNI
7. Bank Danamon
Sejarah
Foto udara Tanjungbalai pada tahun 1930-an
Pelabuhan Tanjungbalai di masa Hindia Belanda
Kantor perusahaan Güntzel & Schumacher di jalan Heerenstraat di Tanjungbalai tahun 1917
Jembatan angkat di atas sungai Silau dekat Tanjungbalai
Tanjungbalai pada tahun 1895
Sejarah perkembangan kota ini sangat berkaitan dengan kehadiran Kesultanan Asahan, sekitar pertengahan abad ke-18, kemudian kerajaan ini dianeksasi oleh pemerintah Hindia-Belanda, menjadi suatu gemeente berdasarkan Besluit Governeur General tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. no. 284/1917, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di daerah Sumatera Timur, termasuk daerah Asahan, seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (“Lonsum”), dan lain-lain. Kota Tanjungbalai menjadi kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan yang penting artinya bagi lalu-lintas perdagangan Hindia-Belanda.
Walikota
1. Dr. Edwarsyah Syamsura Masa Bakti 1956 – 1958
2. Wan Wasmayuddin Masa Bakti 1958 – 1960
3. Zainal Abidin Masa Bakti 1960 – 1965
4. Syaiful Alamsyah Masa Bakti 1965 – 1967
5. Anwar Idris Masa Bakti 1967 – 1970
6. Patuan Naga Nasution Masa Bakti 1970 – 1975
7. H. Bahrum Damanik Masa Bakti 1975 – 1980
8. Drs. H. Ibrahim Gani Masa Bakti 1980 – 1985
9. Ir. H. Marsyal Hutagalung Masa Bakti 1985 – 1990
10. H. Bachta Nizar Lubis, S.H. Masa Bakti 1990 – 1995
11. Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe Masa Bakti 1995 – 2000
12. dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.O.G. dan Mulkan Sinaga (wakil) Masa Bakti 2000 – 2005
13. dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.O.G. dan Drs. H. Thamrin Munthe, M.Hum. (wakil) Masa Bakti 2005 – 2010
14. Drs. H. Thamrin Munthe M.Hum dan Rolel Harahap (wakil) Masa Bakti 2011 – 2016
15. H. M. Syahrian dan H. Ismail Marpaung (Wakil) Masa Bakti 2016-Sekarang
Kecamatan
1. Datuk Bandar
2. Datuk Bandar Timur
3. Sei Tualang Raso
4. Tanjungbalai Selatan
5. Tanjungbalai Utara
6. Teluknibung
Penduduk
Tanjungbalai yang dalam sejarahnya menjadi kota perdagangan tidak diragukan lagi merupakan kota multietnis. Berbagai suku bangsa bercampur di sini: Melayu 30%, Jawa 35%, Sunda, Batak 20%, Nias dan Tionghoa 15% adalah sebagian dari etnik yang bermukim di kota ini.
Lain-lain
Setiap akhir tahun, diadakan Pesta Kerang guna memperingati Hari Ulang Tahun Kota Tanjungbalai.
Kota ini dijuluki “Kota Kerang”. (hal ini dikarenakan dulu Kota Tanjungbalai pernah menghasilkan Kerang dalam jumlah yang besar, tetapi beberapa waktu belakangan ini produksi Kerang jauh menurun dikarenakan ekosistim yang tidak mendukung)
Kota ini memiliki jembatan panjang yang melintasi Sungai Asahan.
Tanjungbalai pernah menerima Anugerah Adipura sebagai kota terbersih se-Indonesia pada tahun 2008.
sejarah nama kota Banjung Balai karena Balai di Ujung Tanjung, namun balai ini tidak asli lagi, karena sudah hancur dimakan oleh waktu
FOLKLORE ASAHAN
CERITA RAKYAT
Di Kota Tanjungbalai, akibat durhaka terhadap ibunya, seorang pemuda dikutuk menjadi sebuah daratan yang dikelilingi perairan, yakni Pulau Simardan.
Berbagai cerita masyarakat Kota Tanjungbalai, Simardan adalah anak wanita miskin dan yatim. Pada suatu hari, dia pergi merantau ke negeri seberang, guna mencari peruntungan.
Setelah beberapa tahun merantau dan tidak diketahui kabarnya, suatu hari ibunya yang tua renta, mendengar kabar dari masyarakat tentang berlabuhnya sebuah kapal layar dari Malaysia. Menurut keterangan masyarakat kepadanya, pemilik kapal itu bernama Simardan yang tidak lain adalah anaknya yang bertahun-tahun tidak bertemu.
Bahagia anaknya telah kembali, ibu Simardan lalu pergi ke pelabuhan. Di pelabuhan, wanita tua itu menemukan Simardan berjalan bersama wanita cantik dan kaya raya. Dia lalu memeluk erat tubuh anaknya Simardan, dan mengatakan, Simardan adalah anaknya. Tidak diduga, pelukan kasih dan sayang seorang ibu, ditepis Simardan. Bahkan, tanpa belas kasihan Simardan menolak tubuh ibunya hingga terjatuh.
Walaupun istrinya meminta Simardan untuk mengakui wanita tua itu sebagai ibunya, namun pendiriannya tetap tidak berubah. Selain itu, Simardan juga mengusir ibunya dan mengatakannya sebagai pengemis.
Berasal Dari Tapanuli
Sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Pulau Simardan masih sebuah perairan tempat kapal berlabuh. Lokasi berlabuhnya kapal tersebut, di Jalan Sentosa Kelurahan Pulau Simardan Lingkungan IV Kota Tanjungbalai, kata tokoh masyarakat di P. Simardan, H.Daem, 80, warga Jalan Mesjid P. Simardan Kota Tanjungbalai.
Tanjungbalai, terletak di 20,58 LU (Lintang Utara) dan 0,3 meter dari permukaan laut. Sedangkan luasnya sekitar 6.052,90 ha dengan jumlah penduduk kurang lebih 144.979 jiwa (sensus 2003-red).
Walaupun peristiwa tersebut terjadi di daerah Tanjungbalai, Daem mengatakan, Simardan sebenarnya berasal dari hulu Tanjungbalai atau sekitar daerah Tapanuli.
Hal itu juga dikatakan tokoh masyarakat lainnya, Abdul Hamid Marpaung, 75, warga Jalan Binjai Semula Jadi Kota Tanjungbalai. “Daerah asal Simardan bukan Tanjungbalai, melainkan di hulu Tanjungbalai, yaitu daerah Porsea Tapanuli,” jelasnya.
Menjual Harta Karun
Dari berbagai cerita atau kisah tentang legenda anak durhaka, biasanya anak pergi merantau untuk mencari pekerjaan, dengan tujuan merubah nasib keluarga.
Berbeda dengan Simardan, dia merantau ke Malaysia untuk menjual harta karun yang ditemukannya di sekitar rumahnya, kata Marpaung.
“Simardan bermimpi lokasi harta karun. Esoknya, dia pergi ke tempat yang tergambar dalam mimpinya, dan memukan berbagai macam perhiasan yang banyak,” tutur Marpaung. Kemudian, Simardan berencana menjual harta karun yang ditemukannya itu, dan Tanjungbalai merupakan daerah yang ditujunya. Karena, jelas Marpaung, berdiri kerajaan besar dan kaya di Tanjungbalai. Tapi setibanya di Tanjungbalai, tidak satupun kerajaan yang mampu membayar harta karun temuan Simardan, sehingga dia terpaksa pergi ke Malaysia. “Salah satu kerajaan di Pulau Penang Malaysialah yang membeli harta karun tersebut. Bahkan, Simardan juga mempersunting putri kerajaan itu,” ungkapnya.
Berbeda dengan keterangan Marpaung, menurut H.Daem, tujuan Simardan pergi merantau ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa tahun di Malaysia, Simardan akhirnya berhasil menjadi orang kaya dan mempersunting putri bangsawan sebagai isterinya.
Matahari Terbenam di sudut Pulau Simardan
Malu
Setelah berpuluh tahun merantau, Simardan akhirnya kembali ke Tanjungbalai bersama isterinya. Kedatangannya ke Tanjungbalai, menurut Daem, untuk berdagang sekaligus mencari bahan-bahan kebutuhan. Kalau menurut Marpaung, Simardan datang ke Tanjungbalai dilandasi karena tidak memiliki keturunan. Jadi atas saran orang tua di Malaysia, pasangan suami isteri itu pergi ke Tanjungbalai. Lebih lanjut dikatakan Marpaung, berita kedatangan Simardan di Tanjungbalai disampaikan masyarakat kepada ibunya. Gembira anak semata wayangnya kembali ke tanah air, sang ibu lalu mempersiapkan berbagai hidangan, berupa makanan khas keyakinan mereka yang belum mengenal agama. “Hidangan yang disiapkan ibunya adalah makanan yang diharamkan dalam agama Islam,” tutur Marpaung.
Dengan sukacita, ibu Simardan kemudian berangkat menuju Tanjungbalai bersama beberapa kerabat dekatnya. Sesampainya di Tanjungbalai, ternyata sikap dan perlakuan Simardan tidak seperti yang dibayangkannya.
Simardan membantah bahwa orang tua tersebut adalah wanita yang telah melahirkannya. Hal itu dilakukan Simardan, jelas Marpaung, karena dia malu kepada isterinya ketika diketahui ibunya belum mengenal agama. “Makanan yang dibawa ibunya adalah bukti bahwa keyakinan mereka berbeda.”
Sementara menurut H. Daem, perlakuan kasar Simardan karena malu melihat ibunya yang miskin. “Karena miskin, ibunya memakai pakaian compang-comping. Akibatnya, Simardan tidak mengakui sebagai orangtuanya.”
Kera Putih dan Tali Kapal
Setelah diperlakukan kasar oleh Simardan, wanita tua itu lalu berdoa sembari memegang payudaranya. “Kalau dia adalah anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu,” begitulah kira-kira yang diucapkan ibu Simardan. Usai berdoa, turun angin kencang disertai ombak yang mengarah ke kapal layar, sehingga kapal tersebut hancur berantakan. Sedangkan tubuh Simardan, menurut cerita Marpaung dan Daem, tenggelam dan berubah menjadi sebuah pulau bernama Simardan.
Para pelayan dan isterinya berubah menjadi kera putih, kata Daem dan Marpaung. Hal ini disebabkan para pelayan dan isterinya tidak ada kaitan dengan sikap durhaka Simardan kepada ibunya. Mereka diberikan tempat hidup di hutan Pulau Simardan. “Sekitar empat puluh tahun lalu, masih ditemukan kera putih yang diduga jelmaan para pelayan dan isteri Simardan,” jelas Marpaung. Namun, akibat bertambahnya populasi manusia di Tanjungbalai khususnya di Pulau Simardan, kera putih itu tidak pernah terlihat lagi.
Di samping itu, sekitar tahun lima puluhan masyarakat menemukan tali kapal berukuran besar di daerah Jalan Utama Pulau Simardan. Penemuan terjadi, ketika masyarakat menggali perigi (sumur). Selain tali kapal ditemukan juga rantai dan jangkar, yang diduga berasal dari kapal Simardan, kata Marpaung.
“Benar tidaknya legenda Simardan, tergantung persepsi kita. Tapi dengan ditemukannya tali, rantai dan jangkar kapal membuktikan bahwa dulu Pulau Simardan adalah perairan.”
Di sebuah Dusun yang bernama Hau Napitu, Desa Buntu Maraja Kec.Bandar Pulau Kab.Asahan Propinsi Sumatera Utara, terdapat tugu yang menceritakan sekilas keberadaan Ibu dari Simardan, dan Tugu ini ,merupakan Tugu Peringatan dan Sekaligus tempat Ibu Simardan dikuburkan.Konon menurut orangtua di Desa ini bahwa Ibunda Simardan meninggal dunia dalam perjalanan menuju pulang ke Porsea setelah ia tidak di akui oleh Simardan sebagai Ibu Kandungnya.Dengan berjalan kaki puluhan kilometer dalam perjalan pulang inilah Ibunda Simardan tidak kuat lagi meneruskan perjalanan hingga ia meninggal di tengah perjalanannya.Atas inisiatif penduduk maka tempat di mana Ibunda Simardan meninggal, di bangunlah tugu di atas kuburannya kiranya peristiwa semacam itu menjadi peringatan bagi mereka yang suka memandang rendah orangtuanya dan selalu berbuat durhaka. Mari kita lihat tugu ini:
Tugu Simardan
Pada tugu ini tertera tulisan:
Sada tugu sejarah, ima inongni Simardan naturun sian porsea,manopoti ima Simardan di Tanjung Bale.Sahat ma i jabuni ni Simardan, i jou ma Simardan.Marbalosma Simardan dang inong songokko inokku.Anggo tung ima balosmu, mulak ma au tu Porsea.Sippulma hangoluanmu dison.
Kira-kira artinya:
Ini adalah sebuah tugu sejarah mengenai Ibundanya Simardan yang datang dari Porsea mendapatkan (akan mengunjungi) Simardan di Tanjung Balai.Tibalah ia di rumah Simardan dan dipanggillah Simardan.
Simardan membalas
”bukan Ibu macam kau ibuku”.
(lantas Ibunda Simardan berkata)
“Kalau itulah balasanmu, pulanglah aku ke Porsea, terikat lah hidupmu!!”
Sumber : iwansuwandy.wordpress.com
Merasa artikel ini menambah pengetahuanmu? Jangan ragu SHARE juga ke teman-temanmu! Membagikan informasi yang bermanfaat juga termasuk amal baik lho.
Untuk informasi menarik dan bermanfaat lainnya, LIKE Fanspage kami.
0 comments:
Post a Comment