Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Thursday, 2 November 2017

Menyimak Legenda Cinta 'Tengger' Di Balik Eloknya Gunung Batok

Gunung Batok

Wisata Gunung Batok memang tak sepopuler tetangganya, gunung Bromo. Kendati demikian, keelokan panorama gunung yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini tak bisa diabaikan. Gunung yang sudah tidak aktif ini memiliki ketinggian 2.440 meter di atas permukaan laut.

Fasilitas wisata di kawasan Gunung Batok memang belum tersedia, termasuk peralatan hiking maupun pendakian. Namun untungnya, wisatawan masih bisa menginap dan menyewa kendaraan yang disediakan warga di sekitar kaki gunung Batok.

Selain memiliki keelokan panorama alam yang memikat, legenda yang menyelimuti Gunung Batok pun menarik untuk disimak. Penamaan 'Batok' yang berarti tempurung kelapa ini ternyata bermula dari kisah cinta Rara Anteng dan Jaka Seger yang terhalang raksasa sakti bernama Resi Bima. Penduduk yang tinggal di kawasan gunung ini meyakini, gunung batok terbentuk dari tempurung kelapa yang ditendang oleh Resi Bima.

Dilansir dari berbagai sumber, kisah bermula dari sebuah wilayah Gunung Bromo yang kala itu masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Seorang penduduk di wilayah itu melahirkan bayi perempuan dengan paras yang elok. Konon, sang bayi yang dipercayai sebagai titisan dewi ini, tidak menangis dan tetap tenang saat dilahirkan. Lantaran itu, sang bayi jelita kemudian dinamai Rara Anteng.

Uniknya, pada saat yang bersamaan lahir pula seorang bayi laki-laki tampan di wilayah itu. Lahir dengan tangisan yang begitu kencang, sang bayi tampan akhirnya diberi nama Jaka Seger.

Tahun demi tahun berlalu, Rara Anteng tumbuh menjadi gadis jelita, pun demikian dengan Jaka Seger yang tumbuh gagah dan rupawan. Keduanya pun saling menaruh hati, dan merajut hubungan asmara. Sepasang kekasih ini pun saling berjanji untuk bersama dan tak ingin dipisahkan oleh siapapun. Hingga akhirnya sebuah ujian melanda kisah asmara keduanya.

Suatu hari, penduduk dikejutkan dengan kedatangan perampok sakti nan bengis di desa tersebut. Ternyata, sang perampok ingin meminang Rara Anteng. Karena tak berdaya untuk menolak, Rara Anteng akhirnya menerima pinangan tersebut dengan satu syarat. Yakni, sang perampok harus bisa membuat sebuah lautan yang berada tepat di puncak Gunung Bromo hanya dalam satu malam.

Tak lama menunggu, sang perampok pun segera ke puncak Gunung Bromo dan mencari lahan datar untuk dijadikan lautan. Meminta bantuan pada penghuni Gunung Bromo, sang perampok sakti pun berubah menjadi sosok raksasa menakutkan. Saat itu pula, sang raksasa mengeruk lahan datar tersebut dengan menggunakan sebuah tempurung kelapa. Saat hampir selesai, tanpa diduga fajar mulai menyingsing yang disambut dengan sahutan kokok ayam dan riuhnya bunyi lesung.

Ternyata, fajar tersebut merupakan taktik Rara Anteng untuk menggagalkan usaha sang perampok sakti.Ia meminta bantuan para Biyung Emban (pengasuh) untuk menyalakan api dari ilalang kering di sebelah timur Gunung Bromo agar nampak seperti fajar.

Melihat fajar menyingsing, sontak raksasa berhenti bekerja. Ia kesal dan kecewa karena gagal meminang Rara Anteng yang jelita. Karena kesal, ia pun spontan melempar tempurung kelapa yang digunakannya mengeruk tanah tersebut. Tempurung itu pun terhempas dan jatuh tengkurap di atas tanah.

Tanpa disangka, tempurung itu membesar dan menjelma menjadi sebuah gunung yang kini dikenal dengan nama Gunung Batok. Sedangkan, lautan yang belum selesai dan tak berair itu disebut Segoro Wedi.

Sementara, Rara Anteng sangat bahagia karena berhasil menggagalkan niat perampok sakti untuk meminang dirinya. Akhirnya, ia dan Jaka Seger pun menikah dan membangun tempat tinggal di sebuah desa yang kini dikenal dengan nama desa Tengger.

Kata "Teng" diambil dari nama Rara Anteng yang merupakan keturunan seorang Dewi. Sedangkan kata "Ger" diambil dari nama Jaka Seger yang merupakan keturunan seorang pendeta. Akhirnya, sepasang suami istri ini mempunyai banyak keturunan yang diyakini menghuni desa Tengger dan hingga kini dikenal dengan masyarakat Suku Tengger.

Sumber: merdeka.com

0 comments:

Post a Comment