Nama Kabupaten Batubara mendadak menjadi perbincangan. Pasalnya sang Bupati, OK AR diringkus oleh Satgas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (13/9) siang. Kabupaten Batubaru ini sebetulnya daerah otonomi baru (DOB) atas pemekaran dari daerah induknya, Kabupaten Asahan yang diresmikan pada 15 Juni 2008.
Peresmian itu bersamaan dengan dilantiknya Pejabat Bupati Batubara, Sofyan Nasution. Pelantikan pejabat bupati itu juga diiringi dengan penetapan ibu kota daerah yang berada di Kecamatan Limapuluh.
Daerah ini jaraknya cukup jauh dari Kota Medan, Ibu Kota Sumatera Utara (Sumut), 175 km. Batu Baru berada di pinggir pantai dan berhadapan langsung Selat Malaka.
Dikutip dari batubara.co.id, pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kabupaten Batubara termasuk ke dalam Karesidenan Sumatera Timur. Saat ini jumlah penduduknya mencapai 382.474 jiwa. Dari total penduduk itu terdiri dari beberapa etnis, mulai dari Batak, Mandailing, Minangkabau, dan Pujakesuma alias putra Jawa kelahiran Sumatera.
Pujakesuma adalah keturunan pekerja perkebunan yang dibawa para pekebun Eropa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Sementara klan atau etnisnya lebih banyak dipengaruhi budaya Minangkabau, sebab etnis ini pada abad ke-18 menjadikan Batubara sebagai pangkalan untuk melakukan perdagangan lintas selat. Mereka membawa hasil-hasil bumi dari pedalaman Sumatra, untuk dijual kepada orang-orang Eropa di Penang dan Singapura.
Dapat dikatakan Batubara merupakan koloni dagang orang-orang Minang di pesisir timur Sumatra. Sehingga wajar dari lima suku atau klan penduduk di daerah ini dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Kelima suku tersebut yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga. Sejak pemekaran, Kabuapten Batubara baru dipimpin oleh satu bupati defenitif, OK AR yang menjabat dua periode. Periode pertama 2008-2013 dan periode kedua 2013-2018. Namun di penghujung masa jabatannya, OK AR tertangkap oleh Satgas KPK dalam operasi tangkap tangan.
0 comments:
Post a Comment