Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Thursday 21 September 2017

MARKONI : Mulai dari Kecil, Ujudkan Mimpi Besar!


Krisis multidimensi semakin parah melanda bangsa dan negara Indonesia. Tidak hanya telah mengikis rasa nasionalisme dan jiwa patriotisme, bahkan telah mengarah pada penghancuran kedaulatan bangsa. Rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia terus tergerus dan dikuatirkan dapat mengancam eksistensi dan integrasi bangsa.

Demikian Ketua Umum Pembela Kesatuan Tanah Air – Indonesia Bersatu (Pekat-IB) H Markoni Koto SH di kantor Media Sumbar, beberapa waktu lalu. Dikatakan, kondisi aktualitas kebangsaan itu, telah menjadi keangkeran tersendiri jika tidak segera ditumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, rasa cinta tanah air, dan bela Negara. Berikut petikan wawancara Media Sumbar dengan Markoni Koto yang dirangkum St Efri Radesgi Piliang.

Media Sumbar (MS): Sebagai politisi dan pengusaha yang telah berkecimpung pada tataran pergaulan tokoh dan elit politik nasional, bagaimana anda menafsirkan kondisi kekinian Indonesia?
Markoni Koto (MK): Angker! Saya akui ngeri dan sangat prihatin. Kedaulatan bangsa mulai terkikis. Kondisi negara sudah miring. Menunggu kejatuhan. Rakyat miskin terus bertambah dan meluas. Kekecewaan terhadap pemimpin negara saat ini kian mendalam.
Secara ekonomi dan politik, Indonesia mundur 30 tahun ke belakang. Karakter kebangsaan menjadi hilang di telan kerakusan liberalisasi ekonomi dan politik. Rentetan siklus kepemimpinan nasional yang terjadi, belum mampu mengangkat harkat, martabat, dan kesejahteraan rakyat. Kontras dari itu, hanya kesejahteraan elite politik dan pemilik modal yang kian tergenjot tinggi.
Harga-harga komoditas produksi inti masyarakat diporakporandakan yang ujung-ujungnya melakukan ekspor. Ketergantungan terhadap negara lain jadi semakin tinggi. Padahal, rupiah sedang pada level terendah. Jika menembus Rp17.000 per USA dollar, maka Indonesia sudah tidak ada. Aset-aset negara akan sangat mudah dibeli dan tergadai pada pihak asing. Saat ini saja, 92 persen tambang mineral dikuasai asing. Kita hanya babu mereka. Malaysia lebih hebat. Tidak sejengkal pun tanah di Malaysia milik asing.
Belum lagi kondisi ketahanan energi nasional yang cuma 23 hari. Bohong besar jika dikatakan 6 bulan. Ini ladang empuk yang dapat mereka keruk keuntungan. Padahal, berkonsekuensi serius bagi pertahanan negara.
(MS): Bagaimana mengamankan ketahanan energi itu?
(MK): Satu-satunya jalan dan cara maksimal yang bisa dilakukan yakni pembatasan pemakaian dan impor kendaraan bermotor. Ini yang harus diatasi. Untuk sekadar persoalan macet pada kota-kota besar saja, sudah berapa triliun rupiah devisa terkuras dari subsidi BBM?
(MS): Bagaimana kondisi politik?
(MK): Centang-perenang. Ditenggarai telah ditunggangi pihak asing. Partai besar dibelah. Institusi negara diadu-domba. Kebohongan, manipulasi, intrik dan kemunafikan dibalut dalam pencitraan yang merakyat dan seakan-akan menyelamatkan.
(MS): Pola kepemimpinan yang salah atau jiwa kepemimpinan yang minim?
(MK): Dua-duanya benar! Belum saatnya memimpin bangsa dan teritorial seluas ini. Terlalu dipaksakan. Liat saja peristiwa terkini antara polemik Polri dan KPK. Masa iya bisa memerintah Kapolri untuk tidak menahan seseorang secara lisan? Harusnya kan berbentuk instruksi tertulis.
Itu pun hanya instruksi terhadap kebijakan bersifat umum, bukan kasus demi kasus atau menyangkut orang-orang tertentu. Sebab, penanganan sepenuhnya menjadi kewenangan aparatur penegak hukum, kepolisian atau pun kejaksaan.
Presiden tidak bisa lakukan intervensi terhadap aparatur penegak hukum yang melaksanakan tugas dan kewenangannya dalam penyelidikan, penyidikan atau penuntutan kasus-kasus bersifat kongkret!

(MS): Untuk ke depan, apa yang dibutuhkan Indonesia agar mampu terus bertahan?
(MK): Kita harus berangkat dulu dari pemikiran, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sesuatu yang tidak bisa di tawar-tawar. Maka, di samping revolusi mental, juga harus disegerakan revolusi ekonomi.
Pada revolusi mental, dengan pembentukan nation and character building untuk menanamkan kebanggaan, kecintaan, idealisme dan patriotisme berbangsa dan bernegara Indonesia. Bila dulu dalam membangun jiwa bangsa ada Latsarmil untuk mahasiswa dan aparatur, kursus-kursus kepemimpinan dengan materi bela Negara, dan bahkan Penataran P4 untuk memelihara ideologi Pancasila.
Ini yang harus dihidupkan dan ditanamkan lagi. Baik dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, yakni sejarah bangsa untuk nasionalisme.
Ingatan bangsa harus terus digugah bahwa Indonesia dibangun atas dasar perbedaan asal-usul dan perbedaan sosial budaya, namun disertai kesadaran sebagai satu bangsa satu tanah air, dan senasib seperjuangan. Jangan pernah membelakangi semangat Sumpah Pemuda!
(MS) Revolusi ekonomi?
(MK) Revolusi Ekonomi Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang absolut demi menyelamatkan bangsa dan negara di masa depan. Revolusi Ekonomi dengan memberdayakan seluruh potensi rakyat Indonesia agar membentengi diri dalam sebuah instrumen bisnis yang mandiri.
Sebab, ujung revolusi ekonomi adalah kemandirian rakyat. Tapi, kemandirian ini tidak boleh begitu saja diserahkan kepada mekanisme pasar. Karena pasar hanya ramah terhadap pelaku usaha yang sudah kuat tetapi sangat kejam terhadap usaha-usaha kecil yang dilakoni oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Oleh karenanya, rakyat harus diproteksi dan dirangsang untuk terus berdaulat. Bangsa Indonesia akan berkarakter jika kedaulatan rakyat terpenuhi dan kedaulatan rakyat akan terpenuhi jika kemandirian rakyat terjamin. Kemandirian merupakan prasyarakat untuk keluar dari ketergantungan pihak mana pun termasuk pihak imprealisme asing. Kemandirian akan membuat bangsa memiliki kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan pihak mana pun.
Kekuatan tawar menawar Indonesia akan sangat diperhitungkan. Bangsa yang kerdil adalah bangsa yang suka dan tidak sadar sudah dimain-mainkan oleh berbagai kekuatan asing, yang ujung-ujungnya akan mengeksploitasi bangsa itu sendiri.
Besarnya utang luar negeri kita misalnya, merupakan instrumen untuk mengutak-atik eksistensi bangsa yang berdaulat melalui lembaga sepeti IMF, World Bank maupun G-8 yang pada konsensus Washinton 1994 yakni keharusan penerapan pasar bebas atau globalisasi. Padahal, sudah banyak contoh negara berkembang yang ekonominya ambruk, bahkan ada yang hancur secara sosial-politik akibat ekses globalisasi yang tanpa proteksi.
(MS) Apa yang harus dilakukan?
(MK) Itu dia. Apa yang bisa kita berbuat untuk bangsa dan negara. Mulai lah dari kecil-kecil. Yakni pada pribadi, keluarga, dunsanak mau pun lingkungan. Seperti yang terus saya lakukan dan sebarkan selama ini, untuk tidak meminum dan memakan makanan yang bukan produksi dalam negeri. Terutama minuman kaleng dan makanan kemasan. Lebih baik meminum teh atau kopi panas/dingin.
Terutama pada generasi muda seperti anda, terus tanamkan wawasan kebangsaan, kecintaan tanah air, idealisme, patriotisme dan nasionalisme pada nusa, bangsa dan negara sesuai keahlian, profesi dan pekerjaan masing-masing.
Untuk mingguan Media Sumbar, tidak apa memulai dari yang kecil-kecil dalam upaya meujudkan mimpi besar. Perkuat terus lini redaksi dan perusahaan dengan melakukan inovasi dan terobosan terkait perkembangan media massa secara global.

0 comments:

Post a Comment