Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Monday, 16 October 2017

Pulo Bandring Sentra Penghasil Batu Bata di Asahan


Desa PuloBandring, Kecamtan Pulo Bandring, Asahan merupakan salah satu daerah penghasil batu bata di Asahan. Batu bata yang dihasilkan warga di Pulo Bandring dijual ke daerah Kota Pinang, Labuhan Batu Selatan, Labuhanbatu, dan daerah lainnya.

Paiman (40), dan Ponija (41) u pasutri yang tinggal di desa tersebut bekerja sebagai pembuat batu bata, Minggu (15/10) mengatakan, pekerjaan sebagai pembuat batubara sudah mereka tekuni sejak puluhan tahun.

“Daerah sini, khususnya daerah Pulo Bandring dan sekitarnya merupakan salah satu daerah penghasil batu bata,” katanya.

aiman menambahkan, dalam satu hari dia dan istrinya dapat membuat batu bata mentah sebanyak 3.000 batu. Menurutnya proses pembutan batu bata sangatlah rumit dan membutuhkan proses yang lama sekitar dua bulan. Dalam satu kali pembakaran batu bisa 30 ribu batu bata.

“Pekarjaan ini ya sudah lama sekali saya kerjakan, sudah sekitar 22 tahun sejak saya menikah,” katanya.

Anto (36) warga yang sama mengaku, batu bata yang dihasilkan warga di Pulo Bandring dijual ke daerah Kota Pinang, Ajamu, dan daerah lainnya.

“Selama ini saya menampung batu buatan warga. Batu bata dari daerah ini kualitasnya terjamin. Memang di daerah ini merupakan penghasil batu bata yang terbesar di Asahan,” katanya.

Harapkan Bantuan dari Pemkab

Perajin batubata di Kelurahan Sidodadi dan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat mengeluhkan kurangnya perhatian Pemkab Asahan kepada mereka. Pasalnya, selain tidak pernah memberikan bantuan modal usaha, Pemkab Asahan juga dianggap tidak peduli terhadap lahan mereka yang sudah siap dijadikan kolam.

“Pemerintah jangankan memberi pinjaman modal untuk membuat batubata, membantu bibit ikan saja tak pernah,” kata Hedi (39), Suparmin (43) dan Wahyudi (45).

Ditambahkan mereka, selama puluhan tahun membuat batubata, lahan di belakang rumahnya sudah menjadi kolam yang senantiasa tergenang air. Padahal jika lahan yang diambil tanahnya sebagai bahan baku batubata dijadikan kolam maka hasilnya bisa berlipat ganda. Namun sampai sejauh ini mereka tak pernah mendapat informasi tentang adanya niat Pemkab Asahan memberikan bantuan bibit ikan kepada pengrajin batubata. “Gak pernah ada bantuan bibit ikan kepada kami pengrajin batubata. Padahal puluhan hektar tanah di daerah ini yang siap dijadikan kolam ikan,” terangnya.

Warga berharap Pemkab Asahan dapat lebih peduli kepada nasib pengrajin batubata. Menurutnya, jika bantuan bibit ikat ditambah dengan penyuluhan atau bimbingan teknis tata cara beternak ikan yang baik maka kolam bekas galian tidak menjadi terlantar dan menjadi sarang nyamuk.

“Bukannya tak bisa kami memelihara ikan, tetapi bibit ikan lele dumbo memerlukan modal tambahan. Sedangkan modal untuk membuat batubata saja masyarakat di sini banyak yang menghutang kepada rentenir,” katanya.

0 comments:

Post a Comment