Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Thursday 12 October 2017

Pembelaan Anak Buah Prabowo Saat Sang Komandan Tak Berebut Lawan Jokowi

Jokowi dan Prabowo di Istana.

Lembaga Pengawas Persatuan Bangsa-Bangsa di Indonesia Juru Bicara Juru Bicara Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Menkominfo) Melansir, pada bulan September 2017 untuk Joko Widodo mencapai 38,9 persen Prabowo 12 persen. 

Lembaga Indikator. Hasil pilpres 2014. Jokowi 58.9 persen suara responden. Sementara, Prabowo 31,3 persen.

Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan menuturkan, didukung publik pada Jokowi semakin kuat. Jika Pemilihan Presiden dilakukan saat ini atau September 2017 dan mengikuti dua nama calon presiden Jokowi dan Prabowo Subianto, maka Jokowi bisa dipastikan tersedianya presiden dua periode. Jokowi akan meraih suara 57 persen, sedangkan Prabowo meraih 31,8 persen. 

Hasil tambahan itu buat anak buah Prabowo. Meski disebut berada di bawah Jokowi, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yakin yakin sang komandan akan menang pada Pilpres tahun 2019. 

"Elektabilitasnya selalu masuk dua besar divisi mana pun. Ini modal politik yang besar bagi Gerindra," kata Fadli Zon. usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta , Sabtu (7/10).

Sebaiknya dilakukan Gerindra untuk memenangkan sang Ketua Umum. Mulai dari mengerahkan kader Gerindra yang duduk di kursi DPR, DPRD, maupun sayap partai untuk turun ke lapangan. "Sekarang Pak Prabowo sudah mulai turun," ucapnya. 

Fadli terjemah Jokowi bukan merupakan lawan yang mudah untuk dikalahkan. Ini tergantung pada ukuran hasil survei. Akankah, hasil survei tidak bisa dijadikan rujukan kemenangan dalam kontestasi Pilpres. "Lihat Pilgub DKI, semua menangin Ahok , yang menang Anies-Sandi. Itu gagal survey," ujarnya. 

Wakil ketua DPR ini meminta masyarakat membuka mata terhadap kondisi bangsa selama tiga tahun di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Menurut dia, Indonesia tidak mengalami perubahan signifikan. Justru rakyat dinilai olehnya semakin susah.

"Ini sudah tiga tahun dan sudah cukup memberikan kesempatan (pada Jokowi)," ucapnya. 

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, elektabilitas Prabowo masih lebih tinggi dibanding Jokowi. Jika Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar hari ini, Andre sebaliknya yakin yakin Prabowo akan melenggang sebagai pemenangnya.


Menurut Andre, Partai Gerindra secara internal melakukan internal. Lepas, Prabowo unggul atas Jokowi. Bahkan, kecenderungannya suara Prabowo terus naik sementara suara Jokowi turun terus.

"Kami Gerindra optimis Prabowo menang, kami optimis Prabowo menang di pilpres karena kami punya survei internal yang dilakukan secara berkala," ucapnya. 

Terkait hasil survey SMRC ini, Andre Berkualitas sebagai bentuk pesanan. Sebab, dia berkaca pada Pilkada DKI Jakarta lalu, SMRC juga terlihat tidak obyektif dengan menempatkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di atas Anies Baswedan . 

Persentase yang hilang dalam survei terakhirnya jelang Pilkada DKI, bahkan hanya catatan Anies unggul satu persen atas Ahok. Lepas selisihnya pada hari-H sangat besar, Anies unggul jauh atas Ahok.

"SMRC ini kan pendukungnya Ahok, pendukungnya Jokowi. Ahok itu kan merepresentasikan Jokowi di DKI. Di tingkat nasional sekarang seperti itu, usahawan Prabowo masih unggul atas Jokowi," jelas Andre. 

"Gerindra tidak ambil pusing dengan janji survei-survey, hanya untuk menggiring opini publik. Sudah tahu, sudah cerdas, sekarang semua serba susah, daya beli masyarakat lemah, masak masyarakat masih mau milih Jokowi." 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad melihat, elektabilitas Prabowo turun sakit saat ini sang ketua umum yang suka mengkritik pemerintahan yang dikomandoi oleh Jokowi.

"Prabowo menahan diri untuk tidak terlalu banyak mengomentari jajaran pemerintahan ini untuk memberi kesempatan. Apa yang dilakukan Prabowo bukan tak berdampak, terbukti survei kemarin turun 12 persen karena diam saja," kata Dasco. 

Dia menuturkan, Prabowo tidak diam dan tidak mau mengomentari pemerintah. Namun koleganya di pihak merasa kecewa karena memang tidak sengaja melontarkan tuduhan-tidak langsung pada mantan Danjen Kopassus tersebut. 

Dia mencontohkan dalam kasus ujaran kebencian dengan tersangka Asma Dewi. Ada yang mengaitkan ujaran kebencian yang dilakukan Asma bermuatan politis terkait Pilpres 2019.

"Dalam kasus Asma Dewi kami mendapat info pada saat ditangkapnya tanya apa anggota Gerindra kemudian ditanya juga apakah dia mendapat dana dari yayasan Pak Hasim Djojohadikusumo," ujarnya.

0 comments:

Post a Comment