Presiden Jokowi melantik Anies Baswedan-Sandiaga Uno
sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, di Istana Negara
Terkait pidato politik pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di depan warga Jakarta, menuai kritik saat menyinggung istilah pribumi.
Usai memberikan arahan kepada seluruh SKPD, dia menjelaskan istilah tersebut digunakan pada konteks penjajahan.
“Karena saya menulisnya pada era penjajahan dulu, karena Jakarta Kota yang paling merasakan. Kalau kota-kota lain itu nggak merasakan Belanda secara dekat,” kata Anies di ruang Pola, Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Dia menulis pidato yang mencerminkan Kota Jakarta saat dijajah Belanda. Karena wilayah-wilayah lain di Indonesia tidak merasakan dijajah Belanda secara langsung.
“Pokoknya itu digunakan untuk menjelaskan era kolonial Belanda karena itu memang kalimatnya di situ,” jelasnya.
Sebelumnya, di hadapan ribuan warga Jakarta yang hadir di Balai Kota, Anies menyebut penindasan di Jakarta cukup nyata dengan adanya kolonialisme. Dia juga sempat menyinggung perihal pribumi dalam pidatonya.
“Di Jakarta, kolonialisme itu di depan mata, dirasakan sehari-hari. Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Anies, Senin (16/10/2017).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menggunakan pepatah Madura sebagai gambaran pihak yang menggunakan hasil jerih payah seseorang tanpa berusaha terlebih dahulu.
“Jangan sampai Jakarta seperti ditulis pepatah Madura ‘Itik seng a telur ayam sing mengerami’,” ujar Anies.
Dalam pidatonya, dia mengatakan bahwa Jakarta tidak berdasarkan hanya satu agama. Pun halnya agar tidak alergi terhadap agama apapun.
“Indonesia bukan berdasarkan satu agama, namun Indonesia juga bukan alergi beragama,” tukasnya.
Sumber : OtoritasNews
0 comments:
Post a Comment